GURU PROFESIONAL ADALAH GURU YANG SELALU MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG INOVATIF.. GURU YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP ANAK DIDIKNYA. GURU HARUS MENGUASAI 4 KOMPETENSI: PAEDAGOGIK,PROFESIONAL, SOSIAL DAN KEPRIBADIAN.
Rabu, 13 November 2013
Selasa, 12 November 2013
Media Pembelajaran
Oleh
: Akhmad Sudrajat
Media berasal
dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah
berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber
pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media
pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara
itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton(1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga
pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
Brown
(1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada
mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk
mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad
ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,
sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini
penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media
memiliki beberapa fungsi, diantaranya
:
- Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
- Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
- Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
- Media menghasilkan keseragaman pengamatan
- Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
- Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
- Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
- Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat
berbagai jenis media belajar, diantaranya:
- Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
- Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
- Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
- Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan
dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected
still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara
bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh :
dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media,
namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen
mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran,
sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis
Media
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Gambar Diam
|
S
|
T
|
S
|
S
|
R
|
R
|
Gambar Hidup
|
S
|
T
|
T
|
T
|
S
|
S
|
Televisi
|
S
|
S
|
T
|
S
|
R
|
S
|
Obyek Tiga Dimensi
|
R
|
T
|
R
|
R
|
R
|
R
|
Rekaman Audio
|
S
|
R
|
R
|
S
|
R
|
S
|
Programmed Instruction
|
S
|
S
|
S
|
T
|
R
|
S
|
Demonstrasi
|
R
|
S
|
R
|
T
|
S
|
S
|
Buku teks tercetak
|
S
|
R
|
S
|
S
|
R
|
S
|
Keterangan
:R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1
= Belajar Informasi faktual
2
= Belajar pengenalan visual
3
= Belajar prinsip, konsep dan aturan
4
= Prosedur belajar
5=
Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6
= Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Senin, 29 Juli 2013
Welly Nur Armawati: JENIS-JENIS ALIRAN DALAM SENI LUKIS Seni Lukis ...
Welly Nur Armawati:
JENIS-JENIS ALIRAN DALAM SENI LUKIS
Seni Lukis
...: JENIS-JENIS ALIRAN DALAM SENI LUKIS Seni Lukis Adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni l...
JENIS-JENIS ALIRAN DALAM SENI LUKIS
Seni Lukis
...: JENIS-JENIS ALIRAN DALAM SENI LUKIS Seni Lukis Adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni l...
Jumat, 15 Maret 2013
Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru
A. Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi
kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang perlu dikuasai
guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan
profesional. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi
kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2)
stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak
mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8)
mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara
berkelanjutan. Sementara itu, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang
Kualifikasi dan Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut:
- Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
- Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
- Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara profesional.
- Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a) memahami kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi guru; dan (c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
B. Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru
Penguasaan kompetensi kepribadian guru
memiliki arti penting, baik bagi guru yang bersangkutan, sekolah dan
terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan beberapa arti penting
penguasaan kompetensi kepribadian guru:
- Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang untuk menjadi guru yang sukses.
- Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
- Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja.
- Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi lain membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Iis Holidah, 2010)
Dari uraian singkat di atas, tampak
terang bahwa begitu pentingnya penguasaan kompetensi kepribadian bagi
seorang guru. Kendati demikian dalam tataran realita upaya pengembangan
profesi guru yang berkaitan dengan penguatan kompetensi kepribadian
tampaknya masih relatif terbatas dan cenderung lebih mengedepankan
pengembangan kompetensi pedagogik dan akademik (profesional). Lihat
saja, dalam berbagai pelatihan guru, materi yang banyak dikupas
cenderung lebih bersifat penguatan kompetensi pedagogik dan akademik.
Begitu juga, kebijakan pemerintah dalam Uji Kompetensi Guru dan
Penilaian Kinerja Guru yang lebih menekankan pada penguasaan kompetensi
pedagogik dan akademik.
Sedangkan untuk pengembangan dan
penguatan kompetensi kepribadian seolah-olah dikembalikan lagi kepada
pribadi masing-masing dan menjadi urusan pribadi masing-masing. Oleh
karena itu, marilah kita sama-sama mengambil tanggung jawab ini dengan
berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi kita untuk senantiasa berusaha
menguatkan kompetensi kepribadian kita. Meski dalam berbagai teori
kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung bersifat
permanen, tetapi saya ingin mengutip apa yang disampaikan oleh sahabat
saya DR. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dalam bukunya “Menjadi Guru Berkarakter”, disebutkan bahwa: “Jika
yakin bisa berubah, maka berubahlah… Jika Anda ingin menjadi guru yang
baik dan lebih baik, katakanlah terus pada diri sendiri bahwa saya
adalah guru yang baik dan lebih baik, dan bayangkan bahwa Anda adalah
guru yang baik dan lebih baik dengan kepribadian yang baik dan lebih
baik.”
Berkenaan dengan upaya peningkatan kepribadian, Essential Life Skill
memberikan tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian, yang isinya
dapat disarikan sebagai berikut: (1) Jadilah pendengar yang baik,
jadikan teman bicara Anda merasa penting dan dihargai (2) Perbanyaklah
membaca dan perluas interes Anda, (3) Jadilah ahli pembicara yang baik,
(4) Milikilah gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat memperluas
perspektif setiap orang tentang Anda, (5) Temui orang-orang baru,
terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga wawasan Anda menjadi semakin
luas, (6) Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan
dan keunikan yang Anda miliki, (7) Milikilah sikap dan pandangan
positif, (8) Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor,
(9) Bersikap suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan (10)
Miliki integitas dan perlakukan setiap orang dengan penuh hormat.
Begitulah pemikiran sederhana saya, semoga bermanfaat! Ahmad Sudrajat..
Selasa, 12 Maret 2013
Pembelajaran Model PAKEM
PAKEM
merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki paradikma baru dalam
sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan pengguna lulusan serta memiliki suasana akademik yang besar
dalam penyelenggaraannya. PAKEM adalah singkatan dari “Pembelajaran
yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan”.
1. Aktif
Aktif
yang dimaksudkan di sini adalah bahwa proses pembelajaran seni musik yang
dilakukan guru di kelas harus dapat menciptakan suasana dimana siswa aktif
bertanya, aktif bereksplorasi, dan berani mengemukakan gagasan dan pendapatnya
melalui kreatifitas musiknya secara bebas. Dalam konteks ini, belajar music harus
merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, dan
bukan sekedar proses pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru tentang
materi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pemikiran Vigotsky bahwa ada
keterkaitan antara bahasa dan pikiran. Dengan aktif berbicara,
berdiskusi, berkreasi, dan berekspresi untuk mengemukakan ide serta
gagasan pemikirannya, siswa akan lebih dapat mengerti dan memahami konsep
materi yang dipelajari. Pemikiran senada juga dikemukakan Katz dan Chard
bahwa siswa perlu keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan
kebosanan. Siswa yang lebih banyak duduk diam akan menghambat perkembangan
motorik, akademik, dan kreatifitasnya. (Ella Sulhah, 2009: 4). Oleh karena itu,
proses pembelajaran seni musik harus melibatkan segenap aspek kepribadian siswa
yang mencakup pikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, dan
keyakinan. Berkait dengan hal tersebut, menurut Magnesen dalam Dryden bahwa
dalam belajar siswa akan memperoleh 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa
yang didengar, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan
didengar, 70 % dari apa yang dikatakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan dan
dilakukan. (Dryden, 2000: 100)
2. Kreatif
Kreatif
artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman,
1996: 9) dalam (Sri Gianti, 2009: 6). Peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran seni musik sudah barang tentu akan membentuk siswa menjadi
kreatif, artinya siswa yang mampu menghasilkan generasi kreatif, yang berguna
bagi dirinya juga buat orang lain. Kreatif di sini juga dimaksudkan agar
guru mampu menciptakan berbagai aktifitas belajar seni music yang beragam
sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa. Menurut Semiawan daya kreatif
tumbuh dalam diri setiap individu dan merupakan pengalaman yang paling mendalam
dan unik bagi seseorang (Syaifurrahman, 2009: 6). Tentunya untuk menumbuhkan
daya kreatif dalam pembelajaran seni musik dibutuhkan suasana yang
menggambarkan kemungkinan tumbuh dan berkembangnya daya kreatif tersebut.
Suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam mengemukakan gagasan dan ide-idenya tanpa harus memiliki perasaan takut
disalahkan oleh guru yang bersangkutan. Suasana kondusif dan kreatif seperti itulah
yang dimaksud dalam PAKEM.
3. Efektif
Terciptanya
pembelajaran yang efektif muncul karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat
menumbuhkan daya kreatif siswa sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai
kemampuan. Artinya siswa dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam
dirinya sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam.Pembelajaran yang efektif
hanya bisa didapat dengan prilaku atau tindakan nyata (learning by
doing) baik dari guru maupun siswa. Di sinilah peran dari seorang guru,
bagaimana Ia mampu membuat scenario pembelajaran di kelas agar proses
pembelajaran berjalan sebagaimana tersebut di atas.
4. Menyenangkan
Pembelajaran
yang menyenangkan adalah suatu kondisi pembelajaran yang didisain sedemikkian
rupa oleh guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas, di mana
siswa dan guru berinteraksi secara akrab, sehingga siswa bisa berkonsentrasi
penuh dan pusat perhatiannya terfokus pada belajar. Berdasar hasil
penelitian, tingginya perhatian siswa terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar. (Purnama,M.pd, 2009: 7)
Langganan:
Postingan (Atom)